Elisabet Wula Peda
Teks: Rosalia Jola Pedi | Foto: Jefri Davidson Amakia
Elisabet Wula Peda
Penulis: Rosalia Jola Pedi | 8 November 2022
“Bagus betul itu pupuk yang kita buat sendiri. Buah ketimun, terong, dan paria besar-besar. daun sawi juga lebar dan panjang,” kata Eli dan Mama Leha dengan semangat sambil memberikan sayur sawi untuk kami makan di uma hakola.
Biasa dipanggil Eli, anak dari Mama Leha dan Bapak Pote dari kampung Tai Ngadu yang terletak di sekitar kapung Sodan. Eli juga ikut belajar di Sokola Sumba. Saat ini, Eli duduk di kelas 12 SMA Negeri 1 Lamboya, Sumba Barat. Di waktu luangnya sepulang dari sekolah, Eli membantu mamanya mengurus kebun sayur. Sejak belajar membuat pupuk organik di Sokola Sumba, Eli dan kedua orang tuanya membuat sendiri pupuk organik yang semua bahan-bahannya diambil langsung dari sekitar.
Setiap hari, Eli dan mamanya menyirami sayur secara bergantian. Saat pagi ketika Eli harus ke sekolah, mamanya yang akan menyiram. Sore harinya, barulah Eli yang menyiram. Namun pada hari libur sekolah, Eli yang akan yang mengurus kebun, mulai dari menyiram pada pagi dan sore sampai dengan memberi pupuk.
Ketika membuat pupuk, ada beberapa jenis pupuk yang dibuat lalu difermentasi mulai dari pupuk cair, pupuk padat dan ada juga pestisida organik. Eli yang ditugasi oleh bapaknya untuk menulis bahan-bahan pembuat pupuk dan pestisida organik, berapa lama harus difermentasi dan kapan harus dibalik agar benar-benar tercampur dengan baik, serta takaran air yang digunakan. Selain menulis, Eli juga ikut membantu menyiapkan dan mengumpulkan bahan-bahan seperti kumbang atau ember, daun-daun hijau, jerami, dan daun bambu kering. Semuanya diambil dari sekitar rumah.
Setelah sudah selesai masa fermentasi, Eli mulai memberikan tanaman sayuran dengan pupuk yang dibuat sendiri. Dari hasil pemberian pupuk itu, ada perbedaan yang yang Eli dan Mamaya lihat. Daun dan buah yang besar-besar membuat mereka senang sekali dan bersemangat lagi untuk membuat sendiri pupuk tanpa harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli pupuk dari toko.
“Bagus betul itu pupuk yang kita buat sendiri. Buah ketimun, terong, dan paria besar-besar. daun sawi juga lebar dan panjang,” kata Eli dan Mama Leha dengan semangat sambil memberikan sayur sawi untuk kami makan di uma hakola.
Biasa dipanggil Eli, anak dari Mama Leha dan Bapak Pote dari kampung Tai Ngadu yang terletak di sekitar kapung Sodan. Eli juga ikut belajar di Sokola Sumba. Saat ini, Eli duduk di kelas 12 SMA Negeri 1 Lamboya, Sumba Barat. Di waktu luangnya sepulang dari sekolah, Eli membantu mamanya mengurus kebun sayur. Sejak belajar membuat pupuk organik di Sokola Sumba, Eli dan kedua orang tuanya membuat sendiri pupuk organik yang semua bahan-bahannya diambil langsung dari sekitar.
Setiap hari, Eli dan mamanya menyirami sayur secara bergantian. Saat pagi ketika Eli harus ke sekolah, mamanya yang akan menyiram. Sore harinya, barulah Eli yang menyiram. Namun pada hari libur sekolah, Eli yang akan yang mengurus kebun, mulai dari menyiram pada pagi dan sore sampai dengan memberi pupuk.
Ketika membuat pupuk, ada beberapa jenis pupuk yang dibuat lalu difermentasi mulai dari pupuk cair, pupuk padat dan ada juga pestisida organik. Eli yang ditugasi oleh bapaknya untuk menulis bahan-bahan pembuat pupuk dan pestisida organik, berapa lama harus difermentasi dan kapan harus dibalik agar benar-benar tercampur dengan baik, serta takaran air yang digunakan. Selain menulis, Eli juga ikut membantu menyiapkan dan mengumpulkan bahan-bahan seperti kumbang atau ember, daun-daun hijau, jerami, dan daun bambu kering. Semuanya diambil dari sekitar rumah.
Setelah sudah selesai masa fermentasi, Eli mulai memberikan tanaman sayuran dengan pupuk yang dibuat sendiri. Dari hasil pemberian pupuk itu, ada perbedaan yang yang Eli dan Mamaya lihat. Daun dan buah yang besar-besar membuat mereka senang sekali dan bersemangat lagi untuk membuat sendiri pupuk tanpa harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli pupuk dari toko.
“Bagus betul itu pupuk yang kita buat sendiri. Buah ketimun, terong, dan paria besar-besar. daun sawi juga lebar dan panjang,” kata Eli dan Mama Leha dengan semangat sambil memberikan sayur sawi untuk kami makan di uma hakola.
Biasa dipanggil Eli, anak dari Mama Leha dan Bapak Pote dari kampung Tai Ngadu yang terletak di sekitar kapung Sodan. Eli juga ikut belajar di Sokola Sumba. Saat ini, Eli duduk di kelas 12 SMA Negeri 1 Lamboya, Sumba Barat. Di waktu luangnya sepulang dari sekolah, Eli membantu mamanya mengurus kebun sayur. Sejak belajar membuat pupuk organik di Sokola Sumba, Eli dan kedua orang tuanya membuat sendiri pupuk organik yang semua bahan-bahannya diambil langsung dari sekitar.
Setiap hari, Eli dan mamanya menyirami sayur secara bergantian. Saat pagi ketika Eli harus ke sekolah, mamanya yang akan menyiram. Sore harinya, barulah Eli yang menyiram. Namun pada hari libur sekolah, Eli yang akan yang mengurus kebun, mulai dari menyiram pada pagi dan sore sampai dengan memberi pupuk.
Ketika membuat pupuk, ada beberapa jenis pupuk yang dibuat lalu difermentasi mulai dari pupuk cair, pupuk padat dan ada juga pestisida organik. Eli yang ditugasi oleh bapaknya untuk menulis bahan-bahan pembuat pupuk dan pestisida organik, berapa lama harus difermentasi dan kapan harus dibalik agar benar-benar tercampur dengan baik, serta takaran air yang digunakan. Selain menulis, Eli juga ikut membantu menyiapkan dan mengumpulkan bahan-bahan seperti kumbang atau ember, daun-daun hijau, jerami, dan daun bambu kering. Semuanya diambil dari sekitar rumah.
Setelah sudah selesai masa fermentasi, Eli mulai memberikan tanaman sayuran dengan pupuk yang dibuat sendiri. Dari hasil pemberian pupuk itu, ada perbedaan yang yang Eli dan Mamaya lihat. Daun dan buah yang besar-besar membuat mereka senang sekali dan bersemangat lagi untuk membuat sendiri pupuk tanpa harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli pupuk dari toko.