Puang Nyimpoy
Teks: Alberta Prabarini | Foto: Alberta Prabarini, Beatrix Gracella
Puang Nyimpoy
Penulis: Alberta Prabarini | 22 Oktober 2022
Biasanya, saat bermalam di rombong Orang Rimba untuk mengajar, volunter selalu bekerja sama dengan para kader untuk urusan teknis. Seperti waktu itu, Pico mengurus kememalomon, Mimbing tugas memasak nasi, Merimbun memasak lauk, dan aku cuci piring. Kememalomon atau tempat bermalam terdiri dari batang-batang kayu yang disusun tegak serta terpal hitam di atas sebagai atap. Setelah membuat kememalomon, kami sangat kelaparan. Pico yang sudah memasak nasi berkata kepada Merimbun, “Dodoroy... Nioma lah sodah maneki tinggi!” Lalu aku bertanya kepada mereka, “Apo yoya maneki tinggi?”
Merimbun menjelaskan bahwa selain menggunakan musim, Orang Rimba juga menggunakan tanda alam sebagai tengara waktu sehari-hari. Jika orang luar menggunakan hitungan 24 jam, di rimba terdapat setidaknya 16 penyebutan untuk menandai pergantian waktu dari pagi hingga malam. Penyebutan waktu tersebut jika dikonversikan pada standar waktu orang luar kira-kira seperti berikut:
dini hari panjang: pukul 02.00-04.00
dini hari pendek/abusabuy: 04.00-05.00
dini hari: 05.00-06.00
pagi/ampor jompor: 06.00-10.00
meneki tinggi: 10.00-11.00
tengah hari muda: 11.00-12.00
tengah hari: 12.00-14.00
turun panjong: 14.00-16.00
turun pandok: 16.00-17.00
puang nyimpoy: 17.00-17.30
sedang senja: 17.30-18.30
ngongolong buit/coga-cogaon/pemaroon lampu/tidur budak: 18.30-21.00
meripot/ tidur rayo: 21.00-24.00
tengah malam: 24.00-02.00
Semua tanda waktu di atas masing-masing memiliki ciri khusus. Di saat siang, mereka menggunakan matahari sebagai patokan waktu sebagaimana pergerakannya di langit. Sedangkan saat malam mereka memperhatikan suara binatang yang berbunyi di waktu tertentu seperti suara burung kelumbuoi (burung hantu), tekuyung dono (siput), ebut tebud (burung sembubut), serta pungguk. Sebenarnya mungkin masih banyak penamaan waktu lainnya, namun yang paling khas menurutku adalah penamaan puang nyimpoy - biasa orang luar menyebutnya senja. Puang sendiri berarti panas/ terang sedangkan nyimpoy adalah monyet yang warna bulunya coklat kemerahan. Merimbun mengatakan ketika warna langit sudah mulai menyerupai simpoy, itulah yang dinamakan puang nyimpoy.